Peningkatan Kompetensi Menulis Karangan Deskripsi dengan
Pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan pada Siswa Kelas VIII-e SMP 1 Balaraja Kabupaten Tangerang
Tahun Ajaran 2010/2011
Disusun Oleh : Farh Haezee (13113231)
Dosen Matakuliah : Sangsang Sangabakti
UNIVERSITAS GUNADARMA TAHUN PELAJARAN 2015/2016
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kemampuan berkomunikasi dapat
disebut juga sebagai kemampuan berbahasa karena di dalam berkomunikasi
digunakan bahasa sebagai media utamanya. Oleh karena itu, menurut Darmadi
(1996:1) kemampuan berkomunikasi dapat dijabarkan sesuai dengan tingkat-tingkat
kemampuan bahasa, yaitu: (1) kemampuan menyimak (listening competence); (2)
kemampuan berbicara (speaking competence); (3) kemampuan membaca (reading
competence); dan (4) kemampuan menulis (writing competence). Walaupun posisi kemampuan
menulis selalu terakhir, tidak berarti menulis tidak penting, berarti, dan
berperan seperti dalam pepatah dalam bahasa Inggris “ the last but not the
least”.
Urutan proses kronologis seperti
itu sekaligus menggambarkan tingkat kesukaran dari setiap kemampuan. Dengan
kata lain, kemampuan menyimak adalah kemampuan bahasa yang relatif paling mudah
dan disusul dengan kemampuan yang agak sukar, yaitu kemampuan berbicara.
Setingkat lebih sukar lagi yaitu kemampuan membaca dan yang paling sukar adalah
kemampuan menulis.
Keberadaan komunikasi tulis
sebagai salah satu bentuk komunikasi dalam berbahasa sangatlah dibutuhkan bagi
setiap orang, terutama bagi kaum pelajar. Kegiatan ini tidak hanya diperlukan
pada saat mengenyam pendidikan saja melainkan lebih dari itu bahwa menulis
sangat penting untuk kehidupan sesudahnya, yakni kehidupan di masyarakat.
Dengan demikian, perlu kiranya penanaman pembelajaran di sekolah
mempertimbangkan aspek perkembangan potensi dan kreativitas siswa dalam
menulis.
Mengingat pentingnya pembelajaran
menulis, maka tidak heran jika menulis merupakan salah satu keterampilan yang
harus dipelajari siswa dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah
Atas (SMA). Bahkan, pada saat menempuh pendidikan tingkat SMP dan SMA, siswa diwajibkan
menyusun karya tulis, makalah, maupun tugas akhir sebagai syarat kelulusan atau
syarat mengikuti ujian akhir nasional. Tidak jarang pula dijumpai adanya ajang
penggalian potensi kreativitas siswa melalui karya tulis siswa tingkat SMP dan
SMA. Kondisi ini menampakkan adanya posisi penting dari kegiatan menulis.
Menulis memerlukan sejumlah
potensi pendukung yang untuk mencapainya diperlukan kesungguhan, kemauan keras,
dan belajar serta berlatih dengan terus-menerus dalam waktu yang cukup lama.
Dengan demikian, wajar jika dikatakan bahwa menciptakan iklim budaya tulis akan
mendorong seseorang menjadi lebih kreatif, aktif, dan cerdas. Hal ini dapat
terjadi karena untuk mempersiapkan sebuah tulisan, sejumlah komponen harus
dikuasai, mulai dari hal-hal yang sederhana, seperti memilih kata, merakit
kalimat, sampai ke hal-hal yang agak rumit, yaitu merakit paragraf (Wiyanto
2004:7).
Adapun latar belakang secara umum
diadakan penelitian ini, yaitu: (1) kurangnya motivasi siswa dalam pembelajaran
bahasa dan sastra Indonesia disebabkan oleh kurang merangsang dan kurang
variatifnya teknik pembelajaran guru di dalam kelas, sehingga siswa kurang
dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan
minatnya; (2) dalam pelajaran menulis petunjuk siswa kesulitan menuangkan ide
karena guru kurang dapat memberikan stimulus yang merangsang daya pikir siswa
(dalam hal ini guru tidak menggunakan media pembelajaran); (3) guru masih
menuntun proses pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan; (4) guru
cenderung mangabaikan aspek afektif dan aspek psikomotor; dan (5) hasil tulisan
siswa kurang variatif dan maksimal karena siswa membuat petunjuk berdasarkan
hasil mengingat seperangkat fakta-fakta bukan hasil menemukan sendiri
pengalaman belajar di kelas.
Faktor guru, misalnya: (1) guru
menganggap bahwa pendidikan diselenggarakan untuk kepentingan penyelenggara
bukan untuk kepentingan peserta didik; (2) pembelajaran yang diselenggarakan
masih bersifat pemindahan isi (content transmission); (3) aspek afektif
cenderung terabaikan; dan (4) guru mengalami kesulitan dalam mengajar sehingga
masih banyak mereduksi teks (buku acuan) yang ada agar tidak salah langkah.
Faktor siswa, yaitu: (1) siswa
mengalami kesulitan dalam menulis petunjuk, baik dalam pemakaian bahasa maupun
pengaplikasian dalam bentuk tulisan; (2) siswa kurang memiliki minat dalam
pelajaran menulis; (3) siswa sering melakukan kesalahan-kesalahan dalam menulis
petunjuk; dan (4) siswa menganggap remeh mata pelajaran bahasa Indonesia.
Faktor kurikulum, yaitu: (1)
dengan diterapkannya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) siswa mengeluh karena
mengalami kesulitan karena dipaksa menjadi siswa yang mandiri; (2) sekolah
masih dalam tahap belajar, penyesuaian, dan pengonsepan kurikulum 2004.
Faktor sarana-prasarana di
sekolah, yaitu: (1) belum ada latihan-latihan untuk mengasah dan meningkatkan
keterampilan menulis; (2) media pembelajaran untuk kompetensi dasar menulis
petunjuk belum ada; (3) minimnya koleksi buku tentang menulis, khususnya
menulis karanagn di perpustakaan SMP N 1 Balaraja, dan lain-lain.
Menurut Widyamarta dan Sudiati
(2004:ix), Indonesia tidak hanya sedang mengalami krisis dalam bidang ekonomi
saja, tetapi juga dalam bidang pendidikan yaitu writing crisis. Hal ini
sejalan dengan pendapat Djago Tarigan dan H.G. Tarigan (1986:186), pengajaran
mengarang (tulis-menulis) belum terlaksana dengan baik di sekolah. Kelemahannya
terletak pada cara guru mengajar. Pada umumnya kurang dalam variasi, tidak
merangsang, dan kurang pula dalam frekuensi. Pembahasan karangan siswa
dilaksanakan oleh guru.
Menurut Tim PPA (dalam Dasmawarti
2005:5), pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Menyenangkan merupakan konsep
belajar yang menggunakan berbagai media dan alat pembantu pembelajaran.
Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan adalah suatu metode
pembelajaran yang baik dan menyenangkan bagi siswa. Hal yang penting dalam
pembelajaran model Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan adalah guru
harus mampu merancang skenario pembelajaran seperti yang diharapkan
(pembelajaran yang mengena) tapi tetap bersifat menyenangkan. Pembelajaran
harus berpusat pada siswa, siswa harus lebih dominan dan aktif serta terlibat
sebanyak mungkin dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran tidak harus
dilaksanakan di dalam kelas tapi bisa juga dilaksanakan di luar kelas. Proses
pembelajaran Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan berlangsung secara
alamiah dalam bentuk siswa terlibat langsung dalam berbagai kegiatan yang
mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar
melalui berbuat. Siswa mengalami sendiri apa yang menjadi objek kajiannya dan
bukan hanya transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa. Dalam hal ini
Keaktifan dan kekreatifan siswa akan sangat terlihat. Tidak sekadar aspek
kognitif dan psikomotorik saja yang cenderung dilibatkan dalam pendekatan
PAKEM, tapi juga aspek afektif. Dengan demikian, pengetahuan yang diperoleh
siswa pun akan lebih bermakna.
Berdasarkan uraian di atas,
peneliti melakukan penelitian terhadap kemampuan menulis siswa khsususnya
menulis karanagn deskripsi dengan mengunakan metode PAKEM.
1. Identifikasi
Masalah
Berdasarkan latar belakang di
atas, penulis dapat mengidentifikasikan permaslahan sebagai berikut.
a. Faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi siswa
kelas Xi Ips 3 Sman 1 Kab. Tangerang?
b. Sejauh
mana kemampuan menulis karangan deskripsi siswa?
c. Apakah
metode PAKEM akan cocok dalam kegiatan pembalajaran menulis?
d. Apakah
yang dimaksud karangan deskripsi?
e. Bagaimana
sikap siswa setelah diterapkannya metode PAKEM dalam pembelajran?
f. Bagaimana
perubahan kemampuan siswwa dalam menulis karangan deskripsi setelah di
terapkannya metode PAKEM?
2. Batasan
Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah
diatas, maka penulis membatsai masalah pada
a. Kemampuan
menulis karanagn deskripsui siswa.
b. Penagaruh
metode PAKEM dalam pembalajaran menulis karangan deskripsi.
c. Penggunaan
metode PAKEM dalam proses pembelajaran menulis karanagn deskripsi.
3. Rumusan
Masalah
a. Bagaimana
kemampuan menulis karangan deskrisi siswa?
b. Bagaimana
pengaruh metode PAKEM dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi?
c. Bagaimana
penggunaan metode PAKEM dalam proses pembelajaran menulis kaaranagn deskripsi?
4. Manfaat
Penelitian
a. Bagi
siswa; (1) untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar menulis siswa; (2)
untuk memudahkan dalam pengembangan kreativitas menulis petunjuk; (3) agar
mempunyai variasi pengalaman belajar melalui pendekatan PAKEM; (4) untuk
meningkatkan kemampuan intelektual siswa.
b. Bagi
guru; (1) sebagai upaya memperbaharui cara pembelajaran menulis; (2) sebagai
upaya memotivasi siswa dalam keterampilan menulis; (3) sebagai upaya
meningkatkan kualitas prestasi, khususnya pembelajaran bahasa Indonesia; (4)
sebagai upaya membimbing siswa untuk berpikir sistematis dan logis.
c. Bagi
sekolah; (1) hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan
acuan dalam memperkaya referensi pembelajaran menulis petunjuk; (2) sebagai
alternatif pembelajaran menulis petunjuk; (3) sebagai bahan pertimbangan bagi
sekolah untuk lebih meningkatkan dan melengkapi sarana dan prasarana penunjang
peningkatan keterampilan menulis siswa.
d. Hasil
penelitian ini dapat memberikan masukan pengembangan teori pembelajaran,
khususnya keterampilan menulis.
5. Tujuan
Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1). Tujuan Umum
Tujuan umum dibuatnya penelitian
ini yaitu untuk mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan menulis karangan
siswa setelah diterapkannya metode PAKEM dalam proses pembelajaran menulis
karangan deskripsi.
2). Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui
kemampuan menulis karangna deskripsi siswa.
b. Untuk mengetahui pengaruh
metode PAKEM dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi.
c. Untuk mengetahui bagaimana
penggunaan metode PAKEM dalam proses pembelajaran menulis kaaranagn deskripsi
BAB II
LANDASAN TEORETIS, KERANGKA
BERPIKIR DAN HIPOTESIS
1. Kajian Pustaka
Upaya untuk meningkatkan
keterampilan siswa dalam menulis karangan masih menjadi topik yang menarik
untuk diteliti. Hal ini terbukti dengan banyaknya penelitian tentang upaya
peningkatan keterampilan penulisan karangan yang telah dilakukan oleh peneliti
bahasa. Penelitian-penelitian tersebut belum semuanya sempurna. Oleh karena
itu, penelitian tersebut memerlukan penelitian lanjutan demi melengkapi penelitian
sebelumnya.
Dasmawarti (2005) dalam
penelitiannya yang berjudul Efektivitas Pembelajaran Aktif Kreatif
Menyenangkan (PAKEM) dalam Upaya Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa
Indonesia Siswa Kelas IV SD Tahun Ajaran 2004/2005 menyimpulkan bahwa: (1)
ada perbedaan rerata nilai secara signifikan pada kelompok siswa kelas IV
sebelum diterapkan pembelajaran dengan metode PAKEM dan setelah diterapkan
pembelajaran dengan metode PAKEM di SD PL Bernadus Semarang. Hal ini dapat
dilihat pada data hasil N=44 dengan taraf signifikan 1%, harga t=2,704,
sehingga data hasil t test=19,94 signifikan. Mean pretest=6,6 dan mean
post-test=7,6. Berarti ada perubahan rerata nilai pretest dan rerata nilai
post-test untuk taraf signifikan 1%; dan (2) perubahan observasi membuktikan
bahwa siswa tertarik dengan pembelajaran PAKEM. Berdasarkan observasi, dapat
diketahui bahwa situasi dan kondisi jenuh, lelah, serta bosan dapat diatasi
dengan menggunakan pendekatan PAKEM, sehingga suasana menjadi lebih aktif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan dapat tercipta.
Hubungan penelitian yang dilakukan
Dasmawarti dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah adanya kesamaan
pendekatan pembelajaran yang digunakan, yaitu pendekatan Pembelajaran Aktif
Kreatif Efektif Menyenangkan (PAKEM). Namun, Dasmawarti menggunakan pendekatan
PAKEM untuk meningkatkan keterampilan berbicara, sementara peneliti menggunakan
pendekatan PAKEM untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa.
2. Landasan Teoretis
Beberapa konsep yang menjadi
landasan teori dalam penelitian ini yaitu teori tentang menulis, menulis
karangan, Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan (PAKEM).
2.2. Keterampilan Menulis
2.2.1. Hakikat Menulis
Menurut Tarigan (1993:3), menulis
pada hakikatnya adalah suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.
Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.
Akhadiah dkk. (1996:2) menyatakan
bahwa “kegiatan menulis ialah suatu proses, yaitu proses penulisan. Ini berarti
bahwa melakukan kegiatan itu dalam beberapa tahap, yakni tahap prapenulisan,
penulisan, dan tahap revisi”.
Menurut Mulyati (1999:2.44),
menulis pada hakikatnya menyampaikan ide atau gagasan dan pesan dengan menggunakan
lambang grafis (tulisan). Gagasan atau pesan yang akan disampaikan bergantung
pada perkembangan dan tingkat pengetahuan serta daya nalar siswa. Menurutnya
(2000:2.65), menulis merupakan suatu kegiatan yang dilakukan melalui proses
atau tahapan-tahapan, yaitu penyajian bahan ajar harus dimulai dari yang mudah
ke yang sedang, dan dari yang sedang ke yang sukar, dari yang sudah diketahui
ke yang belum diketahui, dari yang kongkret ke yang abstrak (2000:2.65).
Menurut Gie (2002:3) tidak ada
perbedaan arti dari kata ‘mengarang’ dan ‘menulis’. Baginya dua kata itu adalah
kata sepadan yang artinya sama. Mengarang adalah segenap rangkaian kegiatan
seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada
masyarakat pembaca untuk dipahami.
Berdasarkan beberapa pendapat
mengenai pengertian menulis di atas, dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya
menulis adalah suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk mengungkapkan
gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain melalui bahasa tulis.
Ketepatan pengungkapan gagasan harus didukung oleh ketepatan bahasa yang
digunakan. Selain komponen kosakata dan gramatikal, ketepatan kebahasaan juga
sebaiknya didukung oleh konteks dan penggunaan ejaan. Hal ini sesuai dengan
objek penelitian ini yaitu menulis petunjuk. Menulis disini dimaksudkan untuk
mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain melalui bahasa
tulis setelah mempraktikan terlebih dahulu petunjuk yang ditulis.
2.2.2.Pendekatan Pembelajaran
Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan (PAKEM)
Dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan dan juga tuntutan desentralisi pendidikan, diperkenalkan pendekatan
baru dalam rangka pengelolaan berbasis sekolah. Beberapa gagasan serta
kebijaksanaan pemerintah yang mendasari pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM) di sekolah antara lain mengenai empat pilar pendidikan yaitu belajar
untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk melakukan (learning
to do), belajar untuk menjadi diri sendiri/mandiri (learning to be), dan
belajar untuk kebersamaan (learning to life together). Selanjutnya pesan
A. Malik Fajar (dalam Seksi Kurikulum 2003:2) bahwa “secara umum KBM di sekolah
harus menyenangkan, mengasyikan, mencerdaskan, dan menguatkan daya pikir siswa
yang berpedoman pada tujuan, sehingga KBM akan menjadi lebih efektif”.
Ada kecenderungan dewasa ini untuk
kembali pada suatu pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih baik jika
lingkungan yang diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika siswa
“mengalami” apa yang dipelajarinya, bukan “mengetahui” apa yang dipelajari.
Kenyaataan telah membuktikan, pembelajaran yang berorientasi pada target
penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi “mengingat” dalam jangka
pendek, tetapi gagal dalam membekali siswa untuk memecahkan persoalan dalam
kehidupan jangka panjang.
Dengan demikian, cara pengelolaan
proses pembelajaran harus sangat diperhatikan, salah satunya adalah metode yang
sesuai dengan pembelajaran. Pendekatan berarti cara yang teratur dan terpikir
baik-baik untuk mencapai
maksud. Pendekatan pembelajaran
dapat diartikan sebagai cara menyeluruh (dari awal sampai akhir) dan mencapai
tujuan pembelajaran.
Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan
(PAKEM).
PAKEM adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang baik dan menyenangkan bagi siswa. Hal yang penting dalam
pembelajaran model PAKEM adalah harus mampu merancang skenario pembelajaran
seperti yang diharapkan (pembelajaran yang mengena) tapi tetap bersifat
menyenangkan. Pembelajaran harus berpusat pada siswa, siswa harus lebih dominan
dan aktif serta terlibat sebanyak mungkin dalam kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran juga harus menggali
kreativitas siswa, misalnya menemukan ide dan gagasan yang tidak harus sama
dengan yang telah ada. Keefektifan pembelajaran dilihat dari ketercapaian
tujuan yang dikaitkan dengan materi, sarana, bahan, dan alat yang tersedia.
PAKEM harus dapat menciptakan suasana pembelajaran sedemikian rupa sehingga
menyenangkan siswa, seperti belajar tidak harus selalu dilaksanakan di dalam
kelas tetapi bisa di luar kelas.
Jadi dapat disimpulkan bahwa
karakteristik PAKEM adalah: 1) aktif, maksudnya dalam proses pembelajaran
guru harus harus menciptakan suasana yang mendukung (kondusif) sehingga siswa
aktif, bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan; 2) kreatif,
dimaksudkan agar guru menciptakan KBM yang beragam sehingga memenuhi berbagai
tingkat kemampuan siswa; 3) menyenangkan adalah suasana belajar yang
menyenangkan sehingga waktu untuk mencurahkannya tinggi; 4) efektif yaitu
menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran
berlangsung.
2.3 Kerangka Berpikir
Sebagai upaya untuk meningkatkan
keterampilan menulis khususnya dalam menulis karangan deskripsi, guru harus
menerapkan pengetahuannya mengenai teknik dalam mengajar. Peneliti dalam hal
ini sebagai guru menggunakan pendekatan PAKEM guna mengaktifkan siswa dalam
pembelajaran menulis karangan deskripsi.
Penggunaan pendekatan pakem akan
menuntut siswa berpikir aktif menuangkan apa yang ia pikirkan dan ia rasakan. pakem dapat
membantu siswa untuk mengalirkan secara bebas apapun yang telah tersimpan
didalam pikiran dan perasan siswa. PAKEM merupakan metode belajar
yang kaya untuk bahan belajar siswa. Penggunaanpendekatan PAKEM sebagai
metode pembelajaran akan membuat siswa merasa senang dalam belajar. Mengalami
langsung apa yang sedang dipelajari akan mengaktifkan lebih banyak indera
daripada hanya mendengarkan guru menjelaskan. Membangun pemahaman dari
pengamatan dan pengalaman langsung akan lebih mudah daripada membangun
pemahaman dari uraian lisan guru, terlebih lagi bila siswa masih diminta untuk
berpikir secara abstrak (mengingat seperangkat fakta tentang urutan
langkah-langkah pelaksanaan, pembuatan, dan penggunaan sesuatu). Belajar dengan
cara mengalami langsung akan meningkatkan kebertahanan informasi dalam pikiran
manusia.
Maka dari itu, peneliti menghadirkan pendekatan
PAKEM ke dalam kelas untuk membantu siswa dalam mempermudah proses
penulisan teks petunjuk tanpa harus mengingat seperangkat fakta-fakta. Efek
yang ditimbulkan dari pembelajaran menulis karangan deskripsi adalah dari
psikologis siswa, siswa merasa senang karena pembelajaran seperti itu belum
lazim digunakan dalam kelas konvensional, jadi seolah siswa menemukan suasana
baru sekaligus menyenangkan, yang benar-benar nyata dihadirkan di dalam kelas.
Dengan proses mengalami langsung apa yang sedang dipelajari (dengan
mempraktikan terlebih dahulu petunjuk yang akan dibuat) akan mengaktifkan siswa
dan menghindari adanya salah langkah. Adanya kegiatan mengalami dan menemukan
sendiri kompetensi pembelajaran yang seharusnya dimiliki siswa berkaitan dengan
petunjuk, membuat siswa menjadi lebih terlatih untuk berpikir kritis dan
kreatif. Pengetahuan yang didapat siswa pun menjadi lebih bermakna karena siswa
mengalami dan menemukan sendiri dan bukan sekadar transfer ilmu pengetahuan
dari guru ke siswa. Guru dalam hal ini hanya bertindak sebagai fasilitator dan
motivator dalam proses belajar mengajar siswanya sehingga pembelajaran yang
berlangsung lebih efektif dan efisien. Inilah yang dinamakan bentuk
pembelajaran dengan pendekatan PAKEM. Pendekatan ini mengandung makna persepsi
yang melibatkan secara langsung gerak (psikomotor) dan kerja otak (kognitif).
Secara otomatis perasaan siswa (afektif) akan mengalami kepuasan karena suasana
belajar yang menyenangkan dari proses mengalami dan menemukan sendiri sari
pembelajaran yang dihadirkan ke dalam kelas.
Guna memudahkan pengetahuan yang
didapatkan siswa mengendap dengan baik dalam benak mereka, maka guru perlu
mengadakan refleksi pada akhir pembelajaran.
2.4 Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian
ini adalah dengan menggunakan pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif
Menyenangkan dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa
dan mengubah perilaku siswa ke arah positif.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat
dan Waktu
1. Tempat
Penelitian
tempat penelitian adalah nama
lembaga dan alamat tempat yang dijadikan penelitian.
Penelitian ini di lkaukan di SMP
Negeri 1 Balaraja, tepatnya di jln, Raya Serang KM 24,5. Tangerang Banten.
2. Waktu
Penelitian
Waktu penelitian yang di lakukan
peneliti yaitu terhitung mulai juli 2010 sampai dengan Januari 2011.
B. Metode
Penelitian
Metode yang digunakan dalam
penenelitian ini adalah metode eksperimen.
1. Metode
Eksperimen
Metode eksperimen adalah metode
penelitian yang di gunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadpa
yang ain dalam kondisiyang terkendali kan. Berdasarkan dari rumusan masalh yang
dibuat maka varaiabel peningkatan keterampilan menulis kaaranagan deskripsi dengan
pendekatan pembelajaran aktif,kreatif, efektif, dan menyenagkan (PAKEM), ini
diharuskan untukmmengetahui sejauh mana kemampuan siswa dapat menulis karangan
denagn menggunakan metode PAKEM ini berjalan sehingga metode yang cocok untuk
penelitian ini adalah metode eksprimen yang di perlukan keterlibatan siswa
dalam penelitian ini berlangsung.
1. Variabel
Penelitian
Variabel dalam penelitian ini ada
dua yaitu variabel peningkatan kemampuan menulis karanagan deskrisi dan
variabel pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan.
2. Variabel
Peningkatan Kemampuan Menulis karanagan deskripsi
Variabel kemampuan menulis
karangan deskripsi merupakan kemampuan siswa dalam menulis suatu karanagan,
yaitu ketentuan-ketentuan yang patut diturut untuk sesuatu. Hasil yang
ditargetkan yaitu siswa mampu menulis karanagan dengan bahasa yang tepat dan
menggunakan bahasa yang efektif. Kemampuan siswa dalam menulis karangan
deskripsi akan terlihat dalam aspek-aspek sebagai berikut, kejelasan bahasa,
ketepatan tata urutan, keefektifan kalimat, penggunaan ejaan dan tanda baca,
kesesuaian bahasa yang digunakan dengan isi, dan kemenarikan tampilan cerita
atau karangan.
3. Variabel
Pendekatan PAKEM
Pendekatan PAKEM merupakan
pembelajaran kooperatif dan interaktif yang bertujuan untuk menggali
kreativitas siswa dengan menggunakan berbagai alat bantu dan lingkungan sebagai
sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok
bagi siswa
Dengan menggunakan metode
eksperimen penulis dapat mengetahui perbuhan variabel –variabel tertentu
sehingga penulis dapat mengidentifikasi kekeurangan penelitian ini.
C. Instrument
Penelitian
Instrumen penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu instrumen tes dan instrumen
nontes.
1. Tes
Bentuk instrumen tes yaitu tes
menulis petunjuk. Kriteria penilaian menulis petunjuk meliputi: (1) kejelasan
isi; (2) ketepatan tata urutan kalimat; (3) keefektifan kalimat; (4) penggunaan
ejan dan tanda baca; (5) kesesuaian bahasa yang digunakan dengan sasaran isi
jarangan; dan (6) kemenarikan tampilan karangan
Tabel 1 Rambu-rambu
Penilaian Menulis Petunjuk
No
|
Aspek Penilaian
|
Skor Maksimal
|
1.
|
Kejelasan kaliamat
|
20
|
2.
|
Ketepatan tata urutan kaliamat
|
20
|
3.
|
Keefektifan kalimat
|
20
|
4.
|
Penggunaan ejaan dan tanda baca
|
15
|
5.
|
Kesesuaian bahasa yang digunakan
dengan sasaran karangan
|
15
|
6.
|
Kemenarikan tampilan karangan
|
10
|
Jumlah
|
100
|
Tiga jenis petunjuk yang dibuat
siswa dianalisis dan nilai akhir dari setiap petunjuk digabungkan untuk
mendapat nilai rata-rata menulis petunjuk siswa.
Pada tabel berikut dapat dilihat
aspek, skor, ketegori, dan kriteria penilaian.
No
|
Aspek
|
Skor
|
Kategori
|
Kriteria
|
1.
|
Kejelasan kalimat
|
20
15
10
5
|
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
|
karangan yang dibuat sangat
jelas dan bisa diikuti dengan baik.
karangan yang dibuat sudah
jelas.
karangan yang dibuat masih ada
yang kurang jelas.
karangan yang dibuat tidak
jelas.
|
2.
|
Ketepatan tata urutan kalimat
|
20
15
10
5
|
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
|
Tata urutannya tepat
Ada 1 langkah yang terbalik
Ada 2 Langkah yang terbalik
Lebih dari 2 langkah yang
terbalik atau tidak ada
|
3.
|
Keefektifan kalimat
|
20
15
10
5
|
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
|
Semua kalimat yang digunakan
sudah efektif
Ada 1-2 kalimat yang tidak
efektif
Ada 3-4 kalimat yang tidak
efektif
Lebih dari 4 kalimat yang tidak
efektif
|
4.
|
Penggunaan ejaan dan tanda baca
|
15
11,25
7,5
3,75
|
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
|
Jumlah kesalahan antara 1-5
Jumlah kesalahan antara 6-10
Jumlah kesalahan 11-15
Jumlah kesalahan lebih dari 15
|
5.
|
Kesesuian bahasa yang digunakan
dengan sasaran karangan
|
15
11,25
7,5
3,75
|
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
|
Bahasa yang digunakan sangat
sesuai dengan sasaran petunjuk
Bahasa yang digunakan sesuai
dengan sasaran petunjuk
Bahasa yang digunakan cukup
sesuai dengan sasaran
|
D. Uji
Validitas
Bentuk instrumen tes dalam
penelitian ini ditampilkan validitas permukaan saja, yaitu soal dan skor
penilaian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan guru mata pelajaran
bahasa dan sastra Indonesia di sekolah tempat penelitian dilakukan.
E. Populasi
dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri dari subyek/obyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian di tarik kesimpulannya.
Dalam penelitain ini banyak kelas
yang ada di SMPN 1 Balaraja namun tidak semua kelas penulis teliti.
Dari sembilan kelas VIII mulai dari kelas VIII-A sampai denagn VIII-I
maka secara random peneliti hanya mnegambil satu kelas yaitu kelas VIII-E
dengan jumlah siswa 38.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumalah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Jadi dari sekitar 350 siswa kelas
VIII mulai dari Kelas A sampai dengan kelas I, secara random penulis hanya
mengambil satu kelas yang berisi 38 siswa untuk mewakili populsi semua siswa
kelas VIII.
F. Teknik
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang
dipakai dalam penelitian ini adalah teknik observasi dan wawancara.
1. Teknik
Observasi
Obsevasi adalahproses yang
kompleks suatu proses yang tersususn dari pelbagai proses biologis, psikologis,
tapi yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.
Observasi dilaksanakan pada saat
proses pembelajaran berlangsung yang digunakan untuk mengetahui sikap dan
perilaku siswa terhadap pembelajaran menulis petunjuk. Dalam melakukan
observasi, peneliti akan dibantu oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.
Hal ini disebabkan guru tersebut lebih memahami karakter siswa dan lebih hafal
dengan nama-nama siswa.
2. Wawancara
Wawancara dilaksanakan terhadap
siswa yang mendapat nilai tinggi, sedang, dan rendah. Wawancara ini
dilaksanakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dan mengetahui
kesulitan-kesulitan yang dialami siswa ketika pembelajaran berlangsung. Dalam
wawancara menggunakan teknik bebas, yaitu pertanyaan telah dipersiapkan
pewawancara dan responden bebas menjawab tanpa terikat. Kegiatan wawancara ini
dilaksanakan di luar jam pelajaran. Wawancara dilakukan setelah diketahui hasil
yang diperoleh siswa setelah dilakukan pembelajaran menulis karangan deskripsi
dengan pendekatan PAKEM. Wawancara dilakukan dengan menggunakan alat perekam.
G. Teknik
Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan
secara kuantitatif
1. Teknik
Kuantitatif
Teknik kuantitaif ini diperoleh
dari hasil tes yang dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada akhir siklus I, dan
akhir siklus II. Adapun langkah penghitungannya adalah dengan menghitung skor
yang diperoleh siswa, menghitung skor komulatif dari seluruh aspek, menghitung
skor rata-rata, menghitung nilai, menghitung nilai rata-rata, dan menghitung
persentase dengan rumus sebagai berikut.
SP = x 100%
Keterangan:
SP : Skor Persentase
SK : Skor Komulatif
R : Jumlah Responden
Hasil penghitungan siswa dari
masing-masing tes ini kemudian dibandingkan, yaiu antara siklus I dan siklus
II. Hasil ini akan memberikan gambaran mengenai persentase peningkatan
kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis karangan deskripsi
dengan menggunakan pendekatan PAKEM.
DAFTAR PUSTAKA :
Sumpena, Soenaryo jaya ..2011. Peningkatan Kompetensi Menulis
Karangan Deskripsi dengan Pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif
Menyenangkan
pada Siswa Kelas VIII-e SMP 1
Balaraja Kabupaten Tangerang Tahun Ajaran 2010/2011
Akhadiah, Sabarti, dkk.. 1996. Pembinaan
Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Aziez, Furqanul dan A. Chaedar
Alwasilah. 2000. Pengajaran Bahasa Komunikatif Teori dan praktik. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Dasmawarti, Silvia. 2005. Efektivitas
Pembelajaran Aktif Kreatif Menyenangkan (PAKEM) dalam Upaya Peningkatan
Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SD TAhun Ajaran
2004/2005. Skripsi. Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus
Linguistik Edisi Ketiga. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Mulyati, Yeti, dkk.. 1999. Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta: Universitas Terbuka.
Nurhadi. 1990. Tata Bahasa
Pendidikan Landasan Penyusunan Buku Pelajaran Bahasa. Semarang: IKIP
Semarang Press.
Nurjanah, Nunuy. 2005. Penerapan
Model Belajar Konstruktivisme dalam Pembelajaran Menulis Bahasa Indonesia. Jurnal
Pendidikan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya: Edisi 1 April 2005.
Tarigan, Djago. 2003. Pendidikan
Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Pusat Penerbitan Univeritas Terbuka.
Tarigan, Djago dan H.G. Tarigan.
1986. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Bandung.
Tarigan, Henry Guntur. 1993. Menulis
sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Bab 4 dan bab 5 nya mana?
BalasHapus