Selain keindahannya yang memukau mata, Gunung Rinjani ternyata juga masih merupakan gunung api yang aktif. Di masa lampau, gunung ini mencapai ketinggian kurang lebih 5000 mdpl.
Letaknya pun di sebelah barat Gunung Rinjani yg
sekarang. Akibat letusan yang dahsyat di kala itu, maka tubuh gunung itu pun
kemudian runtuh dan hanya menyisakan kaldera Segara Anak.
"Setelah itu diikuti dengan pembentukan gunung
api yang baru di sana," kata Budi Karya kepada detikcom, Jumat (6/5).
"Gunung Rinjani tua yg dulu berumur 1 juta
tahun. Kemudian terjadi letusan dan kemudian gunung tersebut hilang. Baru
sekitar 14 ribu tahun berikutnya terbentuklah kaldera," lanjutnya.
Kaldera di Gunung Rinjani ini berbentuk lonjong dgn
ukuran kurang lebih 4.800 x 3.500 meter. Di dalamnya ada danau yang berbentuk
bulan sabit di ketinggian kurang lebih 2008 meter dpl.
"Ukurannya kurang lebih 2.800 x 2.400 meter
dengan kedalaman mencapai kurang lebih 230 meter," ucap Budi Karya.
Kemudian danau yang berbentuk bulan sabit tersebut
mempunyai luas 11 juta meter persegi dengan volume air kurang lebih 1.375 meter
kubik. Itulah danau yang kemudian dinamakan Danau Segara Anak.
Di tengah kaldera tersebut juga terdapat dua buah
kerucut gunung api aktif. Yaitu Gunung Barujari yang tingginya kurang lebih
2.376 meter dan Gunung Rombongan yang tingginya 2.110 meter.
"Gunung Barujari ini terakhir meletus Juni 1994
sama dengan letusnya Gunung Rombongan. Gunung Rinjani termasuk gunung api aktif
tipe B yang berbentuk strato tumbuh di tepi timur kaldera," jelasnya.
Menurut catatan sejarah, Gunung Rinjani telah
meletus sebanyak 9 kali. Yaitu di tahun 1884, 1901, 1906, 1909, 1915, 1944,
1966, 1988, dan terakhir 1994.
Pd letusan terakhir itu, tepatnya di Gunung Barujari
di Juni 1994, menghasilkan hujan abu, penurunan muka air dalam kurang lebih
sebanyak 4 meter. Juga menghasilkan aliran lava, dan menaikan suhu air dari 18
derajat celcius menjadi 40 derajat celcius selama 3 bulan.
"Akibat hujan lebat di bagian puncak, timbunan
abu dan pasirnya telah menimbulkan banjir lahar sepanjang Sungai Tanggik dan
menelan korban kurang lebih sebanyak 31 orang meninggal, 7 orang luka berat,
kerusakan lahan pertanian, dan bendung serta pendangkalan pada saluran
irigasi," tambah Budi Karya.
Sumber
Informasi : detik.com
Pewarta : Yudhistira Amran Saleh
Pewarta : Yudhistira Amran Saleh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar